Pancasila, Ideologi Paling Cemerlang

Bhineka Tunggal Eka sebagai falsafah negara sekarang sudah tidak dihayati oleh bangsa Indonesia. Semakin banyak konflik sosial di sekitar kita dan sentimen agama tak pernah lekang. Para pemuka masyarakat menanggapi fenomena tersebut.

Krisis Masyarakat Multikultural

Eksistensi Indonesia sebagai sebuah bangsa sedang dipertaruhkan. Nation and Character Building yang selalu diserukan oleh sang Pemimpin Besar Revolusi kembali ke permukaan.

Tuesday, April 1, 2014

#SaveSatinah Metode Diyat Yang Terlalu "Lebay"


Belakangan ini, banyak media massa gencar memberitakan TKW Indonesia, Satinah yang berkerja di Arab Saudi. Ia terancam dihukum pancung dengan tuduhan melarikan uang majikan dan pembunuhan berencana pada majikannya. Kasus ini kemudian menjadi perhatian banyak orang, dari kita yang hanya orang kecil sampai ke level presiden. Bahkan "beberapa orang pemerintah" mengusulkan untuk menggunakan APBD guna menutup Diyat yang nilainya miliaran itu. What the f*@*$!?

Ada beberapa hal yang saya pribadi tidak setuju,

1.Metode Diyat yang digunakan.

Untuk membebaskan tersangka dari hukuman pancung, keluarga harus membayarkan sejumlah uang "tebusan" kepada keluarga korban. Jika hal tersebut dituruti, maka di kemudian hari akan muncul hal yang serupa dan dapat digunakan untuk pemerasan. Selain itu, bagaimana dengan nasib TKW lainnya yang terancam hukuman mati juga? Apakah keluarga dan pemerintah mampu membayar "tebusan" yang diminta keluarga korban? Sedangkan ada ratusan TKW yang terancam hukuman serupa di luar sana. Hal ini dapat menimbulkan rasa iri dari keluarga tersangka yang "tidak terbantu" denan keluarga yang terbantu.

2. Tersangka ( Satinah ) telah melakukan pelanggaran hukum

Entah karena memang Satinah diperlakukan secara kasar / membela diri, tapi hal tersebut tidak menghilangkan kesalahan / kelalainanya karena telah menghilangkan nyawa seseorang.

3. Sikap public figure yang terlalu lebay

Hal ini nampak jelas terutama mereka yang "hidup dalam partai politik". Hendaknya kasus seperti ini tidak digunakan untuk melakukan pencitraan, mentang-mentang sebentar lagi pemilu, lalu teriak sana teriak sini supaya terkesan perduli. Kenapa saya bilang pencitraan? Karena masih banyak saudara-saudara di sekitar kita yang jauh lebih membutuhkan.

Tidak perlu jauh-jauh urusin sampai ke luar negri, lihatlah di sekitar kita, berapa banyak orang meninggal karena tidak mampu membayar pengobatan?
Yang sering teriak #saveSatinah; pernah dengar cerita tentang Adzi, seorang anak yang menderita leukemia? Ia harus melakukan kemotherapy dan operasi sumsum tulang belakang dengan biaya "hanya sekitar 1.5 miliar". Namun karena dana bantuan yang terkumpul hanya sekitar 800jt, jadwal operasi mundur dari yang sudah dijadwalkan dan akhirnya Adzi meninggal.
Adzi. Source : http://twitpic.com/6oxqr8

Saya tahu leukemia adalah penyakit yang mengerikan, dan sangat kecil kemungkinan untuk dapat sembuh. Tapi menurut saya, kasus-kasus seperti Adzi lebih layak mendapatkan perhatian dan bantuan dibandingkan dengan kasus hukum mati TKW di luar sana.

Bukannya saya tidak setuju jika Satinah dapat dibebaskan dari hukuman mati, justru sebaliknya, saya akan sangat senang jika mereka dapat bebas dari hukuman mati. Yang saya tidak setuju hanyalah cara Diyat itu tadi. Kasus seperti Satinah ini seharusnya bukan diselesaikan dengan membayar keluarga korban, tetapi dengan pendekatan kepada keluarga korbah agar dapat dengan ikhlas memaafkan.  Jika Diyat terus dilakukan maka suatu saat nyawa manusia dapat diperjual belikan secara legal.