Monday, August 26, 2013

Tattoo dan Stigma Sosial Masyarakat


Sampai saat ini, detik ini, sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum bisa menerima keberadaan manusia bertatto sepenuhnya. Seorang / kelompok bertatto seringkali mendapatkan label seorang preman, pemberontak, kasar dan suka kekerasan.

Diskriminasi terhadap tattoo sebenarnya tidak hanya di Indonesia, masyarakat dan pemerintah Jepang yang notabenenya adalah negara maju juga pernah sangat sensitif akan keberadaan manusia bertattoo. http://www.japansubculture.com/in-japan-tattoos-are-not-just-for-yakuza-anymore/

Di Indonesia, diskriminasi terhatap tattoo sangat kuat dari berbagai kalangan, dari yang muda sampai yang sudah tua kepada kaum adam dan lebih parahnya kaum hawa. Dari susahnya mendapatkan pekerjaan hingga susahnya mencari jodoh. Dengan mudahnya masyarakat menilai seseorang melalui apa yang mereka lihat. Ironis sekali jika sejumlah kelompok dengan penampilan tertentu menjadi sebuah patokan untuk "menghakimi" individu/kelompok lain.

Saya menemui ada sebuah statement mengenai tattoo dari "anak bangsa cerdas dan bermoral", berikut penampakannya :
kalau dibaca, kurang-lebihnya seperti ini :
"Tattooan boleh, tapi untuk di luar negeri. Namun bila di Indonesia, maka tutupilah tattoo itu agar pemuda harapan bangsa tidak sampai mencoba meniru, mari perbaiki moral pemuda Indonesia yang sudah parah ini agar bangsa Indonesia kembali berjaya.
Seni boleh seni, namun tempatnya di luar Indonesia yang moralnya berbeda dengan kita."
WOW! Sebuah "kolerasi sempurna" antara tattoo dengan moral bangsa. Saya yang jauh dari sempurna rasanya kurang bisa menerimanya. Bagaimana hubungannya tattoo dan moral bangsa? Apakah dengan bertattoo dapat mendorong seseorang melakukan tindak kriminal, korupsi, tidak konsisten dengan pekerjaan dan berhati baja yang tak mengenal cinta?

Kita sebagai orang Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan golongan tidak bisa menilai sesuatu dari 1 sudut pandang tertentu. Apa yang buruk untuk Anda bukan berarti buruk juga untuk Saya dan Mereka, apa yang buruk bagi Saya belum tentu juga buruk untuk Anda dan Mereka.

Tattoo sudah lama ada di Indonesia, bagi masyarakat Dayak contohnya, tattoo bukan sekedar tattoo dan itu memiliki makna yang sangat mendalam bagi mereka. Hargai orang lain, pluralisme dan keragaman budaya seharusnya dijaga sebagai kekayaan bangsa, bukan dileburkan supaya menjadi sesuai dengan suku, agama, ras, ataupun golongan tertentu. Buka matamu, siagakan telingamu, merdekakan pikiranmu dan perluas wawasanmu!

0 comments :

Post a Comment